Kamu yang mana nih?  

Sabtu, 27 Juni 2009

Pasangan klop untukmu:

1. Mana yang lebih kamu sukai:
a. Mengoleksi lagu-lagu nostalgia, dan surat-surat cinta.
b. Mencoba resep baru, menghias rumah
c. Ngebut di jalan tol, main kartu
d. Mengoleksi barang antik, dan barang-barang seni

2. Misalkan hari ini kamu berulang tahun, kamu ingin:

a. Berjalan-jalan ke pantai dengan si dia
b. Berkumpul dengan teman dan keluarga di rumah
c. Main arung jeram dan bungee jumping
d. Makan malam dengan dia di hotel

3. Jenis tontonan yang menghibur kamu:
a. Musik nostalgia seperti Bee Gees dan The Beatles
b. Nonton film di bioskop
c. Nonton konser musik pop
d. Nonton konser musik klasik

4. Acara televisi yang sesuai dengan fantasi atau kehidupan nyatamu:

a. Telenovela, sinetron drama
b. Reality show
c. Film dokumenter atau traveling
d. Tayangan mode dan gaya..

5. Hadiah kejutan tanda cinta yang kamu harapkan.

a. Foto kamu berdua dalam pigura yang indah
b. DVD film-fillm terkenal
c. Pakaian dalam yang seksi
d. Perhiasan

6. Kalau berjalan-jalan dengan si dia, kamu lebih suka:

a. Menunggang kuda dengannya di tepi pantai
b. Putar-putar rumah dengan mobil antiknya
c. Naik motor naik turun gunung
d. Keliling kota dengan sedan baru

7. Rumah impian kamu:

a. Villa kecil di pegunungan
b. Rumah biasa dengan halaman luas di pinggiran kota
c. Rumah sederhana di tengah hutan
d. Apartemen besar di pusat kota

8. Makanan yang lebih kamu sukai:

a. Kue-kue yang dihias cantik
b. Sup ayam buatan sendiri
c. Mie bakso yang panas dan pedas
d. Steak daging sapi

9. Impian di saat kamu kecil:

a. Penulis buku anak-anak
b. Dokter
c. Polisi
d. Bintang film terkenal

10. Jika kamu mendapat penghargaan, penghargaan yang ingin kamu raih:

a. Sastrawan terbaik
b. Pasangan paling harmonis
c. Penakluk gunung Everest
d. Bintang film terbaik


Jika ...
Sebagian besar jawaban kamu adalah A:
Tipe romantis: Kamu termasuk jenis orang yang sentimentil dan romantis. Bila kamu senang menonton telenovela atau sinetron drama maka kemungkinan kamu suka membayangkan dirimu sebagai tokoh dalam kisah cinta tersebut. Hidup bahagia penuh cinta bersama pasangan adalah idaman kamu.

Sebagian besar jawaban kamu adalah B:
Tipe sederhana: Kamu termasuk tipe orang rumahan. Kamu lebih suka berada di dalam rumah ketimbang malakukan kegiatan outdoor. Tipe macho adalah bukan tipemu, tetapi tipe yang manis, sederhana, dan dapat memberimu kehidupan yang stabil, aman, nyaman.

Sebagian besar jawaban kamu adalah C:
Tipe petualang: Kamu senang menguji nyali, melakukan hal-hal yang menyerempet bahaya. Tipe pasangan yang sesuai belum tentu harus menyukai kegemaran yang sama, tapi paling tidak ia harus mendukung kamu. Meski tampaknya mandiri, kamu tetap punya sifat mencintai.

Sebagian besar jawaban kamu adalah D:
Tipe materialistis: Kamu termasuk orang yang menyenangi kemewahan dan kehidupan serba gemerlap. Kamu memerlukan orang orang yang bisa meningkatkan status dan rasa percaya diri. Pengusaha kaya raya adalah pasangan yang sesuai dengan kebutuhanmu.

Email this post


pengetahuan cinta  

Sabtu, 20 Juni 2009

cinta haruslah seimbang jangan terlalu berat dan jangan terlalu ringan. Jika kita mencintai sesuatu lalu yang dicintai meninggalkan kita maka kita akan mengalami depresi yang luar biasa. sebaliknya jika kita mencintai sesuatu terlalu ringan maka yang dicintai merasa tidak dihargai dan akibatnya ia akan meninggalkan kita.

Email this post


Plis Dong, Akh!  

Jumat, 12 Juni 2009

“Assalamu’alaikum, Ukhti!” suara melengking itu spontan membuatku mendongak. Tommy terlihat sumringah saat melihatku.

“Apa kabar nih? Lama nggak ketemu. Jadi kangen!”

Mulutku tercekat. Hari gini dia bilang kangen sama aku? Ugh. Rasanya aku ingin tenggelam ditelan bumi. Masalahnya saat itu aku tidak sendirian. Aku sedang bersama adik mentoringku. Masalahnya lagi, baru lima menit yang lalu aku mengisi mentoring tentang manajemen hati dan sikap. Nah, kalau sekarang aku disapa Tommy seperti itu kan jadi rumit. Bisa-bisa dikira aku punya skandal dengan ikhwan yang satu ini.

“Iya, liburan kemana aja, Ukh? Cerita-cerita dong!” Tommy masih nyerocos tanpa merasa bersalah sama sekali. Sementara itu aku senin-kamis menahan malu sambil menghindari tatapan adik-adik mentorku yang sesekali tersenyum nakal dan berdehem-dehem. Mungkin saat itu mukaku sudah berubah menjadi traffic light, merah kuning hijau. Tapi dia tetap saja cuek dan pasang innocent face.

Tommy adalah teman sekelas SD-ku. Enam tahun sekelas dengan nomor absen berurutan membuat kami lumayan akrab. Sering ngobrol, sering kerja kelompok, sering merancang ide-ide konyol, tapi sering bertengkar juga. Pokoknya dulu bisa dikatakan kami berteman baik deh. Waktu lulus SD, dia pindah ke luar kota. Tidak pernah ada kabar sampai tiba-tiba dia sudah satu jurusan, bahkan sekelas denganku di universitas. Tapi tentu saja semua sudah berubah. Paling tidak sekarang aku sedikit-sedikit juga tahu adab bergaul dengan lawan jenis.

Tapi, entahlah bagaimana dengan Tommy. Dia memang terbuka, suka bergaul, bercanda, dan ngobrol dengan siapa saja. Sepertinya sekarang dia juga sudah cukup paham. Sekarang kami sama-sama bergabung di rohis fakultas. Tommy sering juga ikut kajian umum di fakultas, sering terlihat kumpul bareng ikhwan-ikhwan mushala, sering ikut dalam kepanitiaan SKI, dan juga cukup sering menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan pengetahuan Islamnya cukup terakreditasi. Tapi untuk masalah ’centilnya’ ini, ah entahlah… .

”Kok diem terus sih, Van! Ngomong dong! Ngomong…!” Disuruh ngomong aku malah semakin kikuk. Apa lagi kalau mengingat nada suaranya yang mirip-mirip iklan operator telepon selular yang beberapa waktu lalu sempat populer, ”Ngomong dong, sayang..!” Weeit…!

”Iya, ya, liburanku biasa-biasa aja kok. Pulang cuma seminggu, belum hilang kangennya sama orang rumah. Kemari… nggak jadi deh!” aku nyaris saja keterusan bicara. Tadinya aku mau cerita kalau kemarin aku ketemu sama Dela, teman kami dalam hal gila-gilaan waktu di SD dulu. Wah, kalau tadi aku cerita, pasti obrolan nostalgia SD akan jadi panjang.

”Kemarin kenapa? Cerita dong… aku jadi penasaran nih.”

”Nggak usah, nggak penting kok! Anggap aja tadi aku nggak ngomong apa-apa”

”Uh… dari dulu kamu nggak berubah. Bikin orang penasaran.”

Aku cuma ngiyem mendengarnya.

”Eh, Van, Van. Kamu liat akhwat itu nggak?” Kali ini Tommy mengalihkan pembicaraan. Matanya mengarah pada seorang akhwat yang berbaju abu-abu di seberang. ”Emangnya kenapa?” Aku terpancing ingin tahu.

”Itu tuh, bajunya kok nggak match ya. Liat tuh, bajunya abu-abu, bawahannya hijau, jilbabnya item, eh… tasnya merah. Bagusan kan kalau roknya item dan tasnya apa gitu kek, yang penting jangan merah. Trus kaos kakinya itu lho, kok kuning. Aduh…!” Tommy sok-sok memberikan penilaian bak seorang desainer sambil memukul-mukulkan telapak tangan ke jidatnya. ”Payah ah, penampilannya! Kalau kamu hari ini sudah cukup match kok, Van. Bagus, bagus!” Tommy memandangi sekilas setelan biru yang kupakai.

Aku sudah tidak tahan mendengar komentar-komentarnya tadi. Siapa yang butuh komentar darinya? Kalau saja kami masih jadi anak SD, sudah kutonjok dia dari tadi. Hiiihhh!

”Plis dong, Akh! Penting nggak sih buat kamu? Kasian lagi kalau beliaunya denger kamu ngomongin dia kaya gitu. Bisa kehilangan pede. Lagian harusnya kan antum jaga pandangan dong!” jawabku ketus disertai tampang bete. Khusus kalau sedang bicara dengan Tommy kata-kataku jadi campur aduk, tergantung mood. Kadang pakai istilah akhi, antum, afwan, atau istilah-istilah Arab lain. Tapi kadang juga keluar aku, kamu, kasian deh lu, dan bahasa-bahasa gaul lainnya yang dulu biasa kami pakai.

”Emang nggak boleh ya komentar kaya gitu? Kalau aku malah seneng kalo ada yang ngeritik. Ah, wanita memang susah dimengerti.”

Aku menahan diri untuk tidak berkomentar sambil mengepal-kepalkan telapak tanganku di samping baju. Rasanya darahku sudah mendidih sampai ke otak. Melawan kata-katanya hanya akan memicu perdebatan yang sulit diramalkan endingnya.

”Eh, udah deh, aku pergi dulu ya.”

Tiba-tiba rongga dadaku terasa lega mendengar kalimat terakhirnya itu. Lega.

”Tapi Ukh, sebelumnya tolong liatin muka saya ada tip-exnya nggak?”

Saking gembiranya, aku langsung menuruti persyaratan untuk membuatnya menghilang dari hadapanku. Aku mendongak menatap wajah yang ditumbuhi sehelai jenggot itu. ”Nggak ada, kok,” jawabku.

”Makasih ya, Ukh! Tapi bukannya kita nggak boleh memandang wajah lawan jenis? Sudah ya, wassalamu’alaikum…!”

Tinggal aku yang bengong dan gondok habis. Ugh… kena deh! Awas ya!

***

“Assalamu’alaikum…” Sosok Tommy sudah muncul di depan kostku. Aku celingukan mencari teman yang mungkin dibawanya serta. Nihil.

“Waalaikum salam warah-matullah.. sendirian aja, Tom? Nggak bawa temen?” aku jadi kikuk. Serba salah. Setahuku kalau ada dua orang laki-laki dan perempuan maka ketiganya ada setan. Hiyy. Di sini ada setan dong!

Tommy sudah empat kali berkunjung ke kostku. Aku juga sudah selalu berpesan kalau dia harus mengajak seorang teman biar kami nggak ngobrol berdua. Tapi sampai sekarang dia masih suka nekat datang sendirian. Dan aku juga belum bisa mengusirnya dengan tegas. Nggak tega.

”Afwan, tadi cuma mampir karena habis beli jus dekat sini. Udah bikin tugas analisis konflik dan perdamaian, Ukh?”

”Udah, baru aja selesai.” Aku berusaha menghemat kata-kataku.

”Aku bingung nih, masalahnya gimana sih? Bisa minta tolong dijelasin nggak?”

Pertanyaannya bikin aku garuk-garuk kepala. Memaksaku untuk menjawab panjang lebar. ”Bisa nggak kalo nanya di kampus aja?”

”Tapi aku kan mau ngerjain nanti malem. Besok kita juga nggak ketemu di kampus. Padahal lusa harus dikumpulin.” Suaranya bernada kecewa.

”Emang nggak bisa nanya ke yang lain?!”

”Eh, kok ketus banget sih, Van! Aku kan udah bilang, mampir kesini karena kebetulan habis beli jus di samping kostmu, trus inget kalau ada tugas yang aku nggak ngerti. Jadi sekalian nanya. Malu bertanya sesat di jalan. Kita kan nggak boleh menyembunyikan ilmu yang kita miliki. Ya udah kalau nggak boleh.”

Tiba-tiba hatiku meluluh. Kena jebakan kata-katanya. ”Emang mau nanya apa sih?”

Tommy nyengir. ”Nah, gitu dong!”

Akhirnya terjadilah diskusi kecil kami selama hampir setengah jam.

”Makasih banyak, Vanti! Entar namamu kucantumin di daftar pustaka deh.” Tommy berusaha melucu.

Tapi bagiku yang sudah bete banget jadi tidak lucu sama sekali. Plis dong, Akh!

”Pulang dulu ya. Sampai jumpa. Mimpi indah ya! Bu bye..”

Gleg. ”Kok sampai jumpa sih? Pake bubye pula.”

”Eh, iya, afwan. Assalamu’alaikum…”

”Alaikum salam warahmatullah.”

***

Sepertinya belakangan ini Tommy menjadi sebuah masalah bagiku. Dan entah kenapa banyak kebetulan-kebetulan yang menyebabkan aku harus bersama dengannya. Misalnya pernah waktu jalan tiba-tiba kebetulan dia juga sedang jalan kaki dan tanpa sungkan-sungkan langsung mengajak ngobrol. Waktu beli makan di kantin juga ketemu. Tiga kali ketemu di toko buku. Ke perpustakaan juga ketemu. Di luar kebetulan-kebetulan itu, Tommy juga sering sekali mengirim sms, menelepon, dan menanyakan hal-hal yang sama sekali tidak penting. Suka curi-curi pandang, suka memujiku, dan hal-hal lain yang menurutku sangat menjengkelkan. Rasanya aku ingin beberapa hari cuti jadi orang yang mengenalnya, biar kalau ketemu lagi aku tidak perlu merasa begitu bosan seperti sekarang.

”Jangan-jangan kalian jodoh” Aku hampir tersedak waktu Ika tiba-tiba mengucapkan hal itu. Memecahkan keasyikanku menikmati makan siang di kantin Yu Jum.

”Uhuk… uhuk… hari gini ngomongin jodoh?!” aku buru-buru minum karena tenggorokanku tercekat.

”Emangnya nggak boleh? Kuliah sudah semester lima, umur sudah kepala dua. Kalau memang jodoh kan bisa segera…” Ika cengar-cengir melihatku.

”Astaghfirullah, ngapain sih ngomong kaya gitu, Ka? Jodoh itu rahasia Allah, dengan siapa dan kapan itu rahasia Allah. Nggak usah dipikirin pun toh kalau sudah tiba waktunya akan datang sendiri. Nggak bisa diundur dan nggak bisa dipercepat.”

”Iya, tapi kan kalau memang sudah siap maka makruh hukumnya menunda-nunda pernikahan.” Kali ini Ika mengedip-ngedipkan matanya centil. Membuatku serasa semakin ingin menghilang.

”Yee, siapa yang bilang sudah siap nikah?”

”Lho, kamu belum tahu ya? Tommy kan mau nikah muda! Jadi… jangan-jangan dia sudah punya calon. Siapa tahu…! Inget lho, kalau sudah ketemu jodoh dan mampu, maka makruh hukumnya menunda pernikahan.” Ika kembali bersemangat sekali membuatku jengkel.

”Udah ah… kamu bikin aku kehilangan nafsu makan aja, Ka! Kalau kamu berminat, bungkus deh buat kamu!” Ika hanya terkekeh mendengarnya.

***

Entah kenapa tanpa kusadari, obrolan dengan Ika itu menghantui pikiranku. ”Iya, jangan-jangan, jangan-jangan… oh tidak! Paling hanya aku yang ke-geer-an.

New sms! Handphoneku tiba-tiba mengoceh sendiri.

Ups, dari Tommy!

Vanti yang baik, tolong ya siapin surat izin pinjam tempat buat syura besok. Plizz, you are my only hope =)

Ih, apa-apaan sih ini kok minta tolong saja merayunya sampai maut begini. Nggak menghargai banget, masa ngomong sama akhwat masih tetap gombal-gambel kaya gini sih. Tiba-tiba pikiranku kembali melayang pada perkataan Ika siang tadi. Jangan-jangan…. Kadang sikapnya memang suka aneh sih, suka ngajak ngobrol lama-lama, suka memuji, suka sok kebetulan mampir dengan alasan beli jus. Padahal di dekat kostnya pasti juga ada yang jual jus, ngapain juga jauh-jauh beli jus sampai ke sini. SMS yang model begitu juga bukan barang baru lagi. Ihh.

***

”Hati-hati lho, Van!”

”Kenapa?” alis mataku terangkat refleks.

”Hati-hati lah… sama ikhwan kaya gitu!” tukas Evi, tetangga kamarku.

”Tahu nggak, kemarin Tommy ke sini lagi lho…”

”O ya?” kini mataku yang terbelalak.

”Hati-hati sama hatimu sendiri. Kan kamu sendiri yang bilang apa tuh… witing tresna jalaran suka kulina. Nah, kalau kamu tiba-tiba jadi suka sama dia gara-gara dia sering ke sini gimana?” Evi menatapku serius.

”Apalagi kalian sudah kenal sejak kecil kan?” pertanyaannya semakin menusukku.

”So what gitu lho…”

”Ya silakan ditafsirkan sendiri… aku cuma mengingatkan, setan itu cerdik bin lihai lho…”

Aku manggut-manggut.

”Harus bisa tegas!” tambah Evi lagi.

”Tegas? Maksudnya, kalau dia dateng lagi aku harus apa? Kalau dia sms nggak usah dibales gitu?”

”Iyalah… kalau dia dateng tuh, nggak usah dibukain pintu! Kalau sms nggak usah dibales. Kalau becanda nggak usah diladeni, pokoknya bersikaplah dingin!”

”O… gitu ya?”

***

Ternyata saran Evi cukup jitu. Tommy tidak lagi menjadi masalah bagiku dalam tiga minggu terakhir. Senangnya….

”New sms!”

Kuraih handphoneku.

Tommy!

Ass. Van, tidak saya kira, anti juga bisa bersikap tegas dan cool. Cocok dengan kriteria saya. Jadi, kapan anti siap menikah?

Pliss dong, Akh!

Tiba-tiba mataku memanas. Aku tidak sanggup bernapas lagi.

***

Diambil dari Majalah Annida, No. 2/XVI/15 Oktober – 15 Nopember 2006.

Simak cerita-cerita menarik lainnya di Majalah Annida “Cerdas, Gaul & Syar’i”.

Email this post


8 tipe cowok yang disukai cewek  

Selasa, 02 Juni 2009

1. Cowok baik
sentuhan inilah yang sering dirasakan wanita pertam kali sehingga menimbulkan kekaguman. dan biasanya menimbulkan kesan yang dalam.

2. Cowok Perhatian
Para cewek suka cowok yang perhatian karena mereka memang senang diperhatikan. dengan diperhatikan ia merasa dilindungi dan disayangi.

3. Cowok Humoris

Cowok humoris disukai cewek2 karena mereka bisa membuat cewek2 selalu senang dan segar dengan kekonyolan mereka. Cowok humoris juga disukain karena mereka selalu bisa bikin orang ketawa dan yang penting gak bikin orang bosan.

4. Cowok Friendly

Jadi cowok friendly = punya banyak kenalan cewek2 + disukain mereka! Percaya deh cewek2 gak suka sama cowok yg sok cool dan gak mau berbaur dengan orang lain.Cewek2 lebih suka cowok yang friendly dan sociable karena cowok friendly itu enak diajak berteman dan mungkin selanjutnya enak diajak pacaran! Mulai sekarang coba deh lebih friendly ke para cewek, pasti mereka akan lebih tertarik sama lo.

5. Cowok Jujur

Hei para pembohong bertobatlah sesegera mungkin. Gak ada orang yang suka dibohongin. Begitu pula dengan cewek2, mereka gak suka dengan cowok2 yang suka bohong. Kadang bohong memang mengasyikkan tapi percaya deh kebohongan pasti berujung dengan hal yang gak menyenangkan. Dengan bersikap jujur kita bukan hanya menjadi orang yg lebih baik, tapi sekaligus bisa membuat cewek2 suka dengan sifat jujur loe )

6. Cowok Smart

cowok pintar sering kali menjadi sosok yang dikagumi para wanita hingga membuat wanita merasa penasaran.bahkan ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa hal yang paling seksi dari seorang cowok di mata wanita adalah otaknya.

7. Cowok Dewasa

Cowok itu harus dewasa dan gak boleh manja. Cowok manja itu banci, cowok manja itu bukan cowok sejati. Cewek2 suka cowok dewasa karena cowok dewasa bisa melindungi cewek. Dengan pemikiran dan sikap yang dewasa kita bisa membuat cewek2 tertarik dengan kita, jadi mulailah bersikap dewasa dari sekarang

8. cowok romantis

cowok romantis sering memberikan kejutan yang tak terduga dan sering membuat cewek kesemsem dan tersanjung sehingga sering membuat cewek tidak ingin lepas darinya

Email this post


 

Design by Amanda @ Blogger Buster